Memaafkan
Di
dunia ini... adakah ciptaan yang paling mulia diantaranya, yang
disebut manusia, tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya?
Dalam kehidupan sehari-hari, masing-masing pribadi bergumul dengan
permasalahannya sendiri. Musuh yang paling utama dan butuh keberanian
untuk dihadapi... bukan orang lain ataupun faktor dari luar...
melainkan diri sendiri. Bagaimana kita berdamai dengan diri sendiri?
Mengakui kelemahan... mengetahui kelebihan... menerima diri sendiri
apa adanya. Ketika kita mampu berdamai dengan diri sendiri, bukan
tidak mungkin, kita juga bisa berdamai dengan orang lain. Menyakiti
dan disakiti sudah menjadi cerita keseharian. Wajar donk... jika kita
merasa jengkel, marah, sedih, bahkan tidak suka terhadap mereka yang
berbuat jahat pada kita. Manusiawi... Pengen rasanya balas dendam...
melihat mereka terpuruk dan hancur. Namun, apakah perasaan kemarahan
dan kebencian akan membawa kebaikan bagi diri sendiri jika
berlarut-larut disimpan dalam hati? Bukankah, waktu terlalu singkat
untuk memendam dan menyimpan kebencian serta amarah? Kemungkinan
besar, hal demikian akan sangat berdampak buruk bagi kesehatan
jasmani dan jiwa kita, bukan?! Bila hati menyimpan luka... jiwa
menanggung beban amarah... tubuh yang kan juga menderita. Ga ada
ceritanya... roh yang sakit. Sebab, jika demikian... maka akan ada
rumah sakit roh. Jiwa... membutuhkan kelepasan yang melegakan. Apa
iya... sebagai pribadi rela hidup ini hanya dipenuhi oleh kekelaman
hati semata?
Memaafkan...
merelakan... dan melupakan.
Memaafkan
memang tidak mudah. Butuh keberanian dan juga kerendahan hati.
Berdamai dengan diri sendiri dulu dengan merelakan hal yang telah
berlalu yang ga mungkin dikembalikan oleh waktu. Kita ga bisa
mengubah masa lalu, tapi kita bisa berusaha lebih baik untuk masa
yang akan datang. Mengetahui jati diri kita dihadapan Tuhan Sang
Pencipta. Bukankah Dia yang berkuasa diatas segalanya terlebih dulu
mengampuni kita manusia yang berdosa? Memang, perkara yang
menyakitkan tak mudah dilupakan atau hilang dari ingatan. Melupakan
berarti berusaha untuk tidak mengungkit-ungkit atau mengingat-ingat
hal yang menyakitkan... mengecewakan... bahkan menghancurkan.
Walaupun sepintas lalu, kan kembali terbayang... itu suatu latihan
untuk memaafkan demi kebaikan diri sendiri. Hadapi semua ini dengan
meminta kekuatan dari Sang Ilahi. Memaafkan dan melupakan... bukan
membalas dan menyesal. Hati yang gembira adalah obat yang manjur,
tapi semangat yang patah mengeringkan tulang, dan menjadi pribadi
yang bahagia adalah pilihan.