Budi
Budi
Seringkali
dan bahkan fakta serta realita dalam kehidupan, menyatakan bahwa
orang akan lebih mudah mengingat 5% keburukan daripada mengingat 95%
kebaikan seseorang terhadap dirinya. Orang yang sering membantu dan
berbuat baik pada yang lain, lalu satu ketika melakukan kesalahan
kecil yang tak sebanding dengan banyaknya kebaikan yang telah lama ia
lakukan. Maka, orang-orang akan lebih mudah mengingat satu kesalahan
kecil tersebut. Dimana sebagian besar kebaikannya yang telah
diperbuat? Lupa!.
Seumpama
satu titik hitam di selembar kertas putih besar, secara sadar atau
tidak, mata akan mencari dan memandang pada satu titik hitam.
Padahal, masih luas area putih pada lembaran kertas itu. Bagaimana
kita berespon terhadap sesuatu, tergantung pola pikir kita. Jika kita
melatih otak kita untuk berpikir positif maka hal itu akan membantu
kita menanggapi sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, telaah yang
lebih mendalam sehingga kita tak mudah terperangkap dalam pikiran
sempit dan dangkal. Dewasalah dalam pikiran, bukan sekedar dewasa
usia semata. Pertolongan atau bantuan tidak sebatas pada nilai
materi. Waktu... tenaga... orang lain yang dicurahkan bagi kita,
patut dihargai. Jika kita belum berkesempatan secara langsung
membalas kebaikan orang yang bersangkutan, kita bisa belajar untuk
menjadi saluran berkat dengan membantu yang lain, yang membutuhkan.
Agar, kebaikan itu senantiasa menyalur dan mengalir berantai. Asal,
jangan mencari pujian dalam hal melakukan kebaikan. Roda kehidupan
senantiasa berputar. Adakalanya menolong... dan ada saatnya ditolong.
Jangan pernah melupakan kebaikan dan pertolongan seseorang. Karena
orang yang mudah melupakan kebaikan seseorang terhadap dirinya, akan
mudah menghakimi yang lain.